Angola Harus Lockdown, Warga: Lebih Baik Mati karena Corona daripada Mati Kelaparan
Corona Virus Covid-19 |
Kebijakan untuk lockdown dan jam malam yang diterapkan pemerintah Angola untuk mengendalikan penyebaran virus corona, menuai protes warga sekitar di negara Afrika bagian barat daya itu.
Banyak yang terpaksa melanggar aturan tersebut karena harus mencari nafkah.
"Bagaimana bisa orang tinggal di rumah tanpa ada yang dimakan?" tanya Garcia Landu, seorang pengemudi ojek di Luanda, ibu kota Angola.
"Kami punya tanggung jawab pada keluarga kami. Kami harus pergi keluar dan mendapatkan makanan," ujar pria itu seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (6/4/2020).
"Lebih baik kami mati karena penyakit ini ataupun tembak mati daripada mati kelaparan," cetusnya. "Mati kelaparan, saya tak akan pernah menerima itu. Saya tak bisa," tegasnyaHal senada disampaikan Domingos Joao, seorang sopir taksi. "Penyakit ini sangat berbahaya, kami tahu itu. Semua orang tahu itu," ujarnya. "Tapi dengan hanya tinggal di rumah, kami tak akan bisa dapat apa-apa. Karena itulah kami ada di jalanan," imbuhnya.
Beberapa hari setelah pemerintah mengumumkan keadaan makin darurat dan menerapkan batasan-batasan pada 26 Maret, kerumunan warga tetap terjadi beberapa lokasi di pasar-pasar, depan toko-toko, atau tempat-tempat pengambilan air bersih di Luanda.
Presiden Joao Lourenco pun telah melarang bepergian, pertemuan dan aktivitas publik seiring negeri itu melaporkan 10 kasus positif virus corona dengan dua kematian.
"Situasi ini menuntut pengorbanan dari semua warga, yang hak-hak dan kehidupan sosial dan profesionalnya harus dibatasi," ujar Lourenco dalam pidatonya pekan lalu.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Eugenio Laborinho melaporkan bahwa 1.209 orang telah ditahan dalam beberapa saja. Lebih dari 1.000 orang di antaranya ditahan karena masuk ke Angola setelah perbatasan ditutup pada 27 Maret lalu, dan 189 orang ditahan karena melanggar keadaan darurat.
"Polisi pun tidak berada di lapangan untuk menyenangkan orang-orang atau membagikan coklat," cetus Laborinho kepada para media. "Orang-orang itu keras kepala, mereka tahu mereka harus tinggal di rumah," imbuhnya.